Seorang arsitek atau desainer muda tentunya memiliki kreativitas yang tinggi apalagi dengan perkembangan di era digital ini. Banyaknya referensi dan lahan belajar desain yang mudah mampu menjadi pengembang desain-desain baru yang dihadirkan.
Tapi apakah pembaca CASA Indonesia tau? Menurut Satrio Dwi Ananda, Founder Sibambo Studio, bahwa penjual atau bisa kita artikan sebagai arsitek hanya berfokus pada produk atau desainnya saja. Pintu masuk dari pada bisnis memang tidak hanya pada selling tapi juga marketing dan branding.
Pada bulan Agustus lalu, CASA Indonesia berkolaborasi dengan Sibambo Studio membahas tentang bagaimana caranya untuk menjual desain Anda melalui Digital Platform. Berikut rangkumannya, yuk simak!
Sibambo Studio adalah biro arsitektur yang bergerak pada ranah perancangan hunian di seluruh Indonesia. Sibambo Studio sudah berhasil menjual desain dengan angka yang luar biasa melalui digital platform seperti You Tube dengan 162.000 subscriber, Instagram dengan lebih dari 100.000 followers, dan Tiktok lebih dari 500.000 followers.
Menurut Satrio, membangun bisnis itu bukan seperti Spinter Game melainkan Marathon Game. Bisnis itu Infinite game bukan Finite Game. Banyak orang yang berjualan hanya sekedar laku padahal intinya bagaimana kita bisa mengembangkan bisnis secara berkelanjutan.
Finite Game memiliki waktunya jelas, jadwal, dan aturan yang jelas. Dengan kata lain dituntut bermain untuk lanjut bermain dalam jangka panjang.
Why – Your Purpose, artinya bisa menjawab mengapa Anda melakukan hal yang dilakukan atau mengapa perusahaan Anda terbentuk. Why bukan merupakan tentang sebuah hasil yang didapatkan tetapi pada sebuah tujuan bisnis atau perusahaan.
How – Your Process, artinya bagaimana kita bisa merealisasikan why. Bisa kita sebutkan dengan differentiating value proposition atau unique selling proposition, defining product market fit, dan lain sebagainya. How digambarkan dengan bagaimana cara melakukan sesuatu dengan lebih baik.
What – Your Process, artinya produk atau jasa apa yang akan kita perjuangkan yang didasari oleh Why dan How.
Di era seperti ini, ternyata banyak orang yang mempersenjatai diri dengan kompetensi usang atau yang sudah kadaluarsa. Cara pemasaran, desain, jangan sampai Anda tertinggal.
Abad ke-21 yaitu sekarang, memasuki era konseptual yang dimana didominasi oleh kekreativitas. Orang yang hanya berpegang pada kekuatan pengetahuan akan sulit bertahan dengan orang yang berpegang pada kekuatan kreativitas.
Nah, bagaimana ya caranya supaya kita bisa beradaptasi dengan itu semua? Berikut poinnya.
Mulailah dengan menyusun visi dan misi yang jelas, fokus, serta realistis. Elemen visi yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan, menginspirasi, mampu mencerminkan value atau nilai yang diyakini oleh perusahaan, berorientasi pada dampak yang besar, dan menjadi penentu alasan eksistensi perusahaan.
Sebuah visi yang baik adalah visi yang mampu di-breakdown menjadi strategi dan strategi ini yang akan menjadi misi dari perusahaan.
Dari misi ini, Anda bisa breakdown kembali mejadi target objektif, yaitu hal yang harus dicapai agar misi terselesaikan. Untuk menyelesaikan misi perlu Key Activities sebagai taktik.
Setelah itu, KA inilah yang akan menerjemahkan operasional bisnis yang dapat diukur tingkat keberhasilan perusahaan yang bergerak sesuai dengan visi.
Target audiens tergantung dari tujuan dan seberapa berpengaruhnya audiens terhadap pemasaran produk perusahaan. Bisa ditargetkan kepada orang-orang yang memang memiliki pengaruh yang besar bagi sekitar atau di media.
Marcomm strategy juga berintegerasi dengan Branding strategy. Salah satunya meliputi campaign program dan projek, dan perluasan target audiens.
Melalui campaign Anda bisa memasukkan strategi pesan yang ingin disampaikan oleh perusahaan. Perlu diperhatikan, pesan yang diberi kepada audiens tentunya harus bermakna dan tepat sasaran.
Campaign ini juga bisa melalui advertising yang popules saat ini seperti Facebook Ads, Google Ads, Tiktok Ads, dll.
Teks oleh : Laura A. Hutabarat
Foto Teaser : Sibambo Studio