Setelah tahun lalu merancang perpustakaan yang berada di atas terowongan kereta metro, kali ini Snøhetta kembali memperkenalkan desain yang unik untuk Charles Library di Temple University, Philadelphia. Entrance melengkung menjadi salah satu fitur yang menarik banyak pasang mata untuk perpustakaan yang berada di jantung kampus. 






Bangunan ini juga seakan memiliki dua fasad yang terpisah. Bagian dasarnya menggunakan granit, lalu ditumpuk menggunakan material kaca di bagian atas. Ceiling lobby atriumnya juga dibuat seperti kubah. Desain tersebut membuat para mahasiswa dan pengunjung dapat melihat interior perpustakaan secara leluasa. Tujuan renovasi Charles Library adalah untuk mengakomodasi kebutuhan baca para mahasiswa serta warga Philadelphia yang kian meningkat.




Baca juga: Modernisasi Kebudayaan Tradisional GAIA Cosmo


Dilansir Dezeen, sepertiga lantai dasar digunakan sebagai area operasi penyimpanan buku otomatis bernama BookBot yang dapat menampung hingga satu setengah juta jilid buku. Dengan berkurangnya ruang penyimpanan konvensional, lahan tersebut dapat dialihfungsikan menjadi ruang-ruang study group, riset akademik, hingga ruang belajar individu. 






Selain itu, Charles Library di Temple University juga memiliki kafe yang buka selama 24 jam, ruang pameran dan ruang pertunjukan di lantai dasar yang dapat digunakan oleh siapa saja. Lantai tiga merupakan area perpustakaan utama yang didedikasikan sebagai ruang membaca. Untuk membangun suasana yang nyaman, lantai ini dipenuhi dengan jendela yang memperlihatkan seluruh area kampus.


Baca juga: Menghias Jalanan Portugal Dengan Cross-Stitch



Sumber foto: Michael Grimm