Siapa yang menanti kehadiran dari Indonesian Contemporary Art & Desain (ICAD)?
Menginjak usia sepuluh tahun, ajang seni kontemporer yang telah dinanti ini berlangsung di Grandkemang Hotel Jakarta sejak 16 Oktober hingga 24 November 2019. Berbagai media seni dihadirkan dalam menggugah publik dengan beragam isu yang diangkat oleh para penggiat kreatif.
Yayasan Design+Art Indonesia dibawah dukungan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) dan Artura Insanindo turut menyuguhkan beragam konvensi serta pertunjukan seni. Seluruh kegiatan merupakan bukti dalam upaya untuk mengeratkan koneksi antara seni dan publik.
Sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, ICAD yang bertajuk Faktor-X membagi karya dalam beberapa zona. Zona apa sajakah itu? Berikut ulasan lengkapnya.
Terkadang rasa penasaran muncul akan pola pikir yang dimiliki para maestro hingga melahirkan karya mutakhirnya. Berangkat dari hal inilah yang membuat ICAD mengundang sepuluh orang yang terdiri dari perupa, desainer, dan arsitek dalam memvisualisasikan mind mapping yang mereka miliki.
Area ini dipenuhi karya para penggiat kreatif muda yang dinilai berkontribusi dalam perkembangan desain dan seni kontemporer. Ciptaan yang eksploratif, informatif, serta menggelitik isu budaya tercerminkan dalam zona ini.
Sejumlah delapan pelaku kreatif terpilih dalam penyeleksian terbuka yang pertama kali diadakan ICAD.
Rangkaian desainer dari kancah internasional turut menghadirkan karyanya. Salah satunya adalah desainer perhiasan asal Rumania bernama Angela Ciobanu.
Temukan pula rangkaian produk buatan lokal yang menggabungkan seni dalam barang sehari-hari.
Pada opening ICAD pada tanggal 16 Oktober 2019, untuk pertama kalinya program ICAD Award mengumumkan pemenangnya. Penghargaan diberikan kepada Irwan Ahmett berdasarkan kontribusi yang diberikannya pada dunia desain dan seni kontemporer.
Temukan pula beragam kegiatan inspiratif, seperti contohnya konvensi yang menampilkan Sam Jones (Intoart) dan Kimberly James (HBO Asia).