Tajuk evolusi yang menyatukan lima talenta muda di area Alumni Casa Design Challenge (CDC) 2019 kemarin. Di dukung oleh DanaPaint, beragam karya hadir bak cerminan tumbuh kembang para desainer muda ini.
Bersama karya andalannya bertajuk Lenggah Sedaya serta Luwes Rattan Bench, Zulyo Kumara mencerminkan bahwa inspirasi dapat tercipta dari hal yang sederhana. Keluwesan sebuah rotan ia telusuri hingga pada akhirnya mampu menjadi elemen desain yang membawa nilai signifikan saat berinovasi dalam lingkup kreatif ini.
Baca juga, Kapan Pameran Casa Indonesia 2020 Diselenggarakan?
Menulusuri dunia furnitur sejak Casa Design Challenge (CDC) pada tahun 2017, Jessica Josafat mengakui berbagai hal positif yang ia raih terutama pola pikir yang diterapkan saat perancangan. Bersama sepasang furnitur bertajuk Twist and Weave, desainer berbasis di Bandung ini mengeksplorasi elastisitas rotan melalui dua metode, yaitu bending dan anyaman dalam baluran warna hitam pada kursi.
Menjajaki karier usai mengikuti Casa Design Challenge 2014, Hendro Hadinata berbagi akan pentingnya mempertahankan identitas seorang desainer guna mencerminkan konsistensi kepada publik. Turut hadir pula dalam booth alumni CDC ini, karya mutakhir bertajuk Rara yang menampilkan kelembutan seorang wanita melalui permukaan kursi yang halus serta bentuk sandaran seolah merengkuh user yang mendudukinya.
Baca juga, Temukan 17 Instagrammable Spot di Casa Indonesia 2019!
Bersama brand yang ia rintis dengan nama Aievl, Denny Rasyid Priyatna kian mengembangkan kiprahnya di industri desain dengan menerapkan makan sustainable dalam produksi serta pola bisnis yang dijalani. Dalam perhelatan Casa Indonesia 2019, ia turut menampilkan kreasi mutakhir berupa stool yang menyulap material teraso menjadi dudukan kursi dalam paras warna hitam dan merah.
Baca juga, 8 Fakta Menarik Tentang Casa Indonesia 2019
Berangkat dari kegelisahannya akan impact serta nilai baru seperti apa yang dapat ia berikan kepada industri hilir rotan, Alfath Kurniadi menjelajahi lebih dalam potensi dari material ini terutama dari aspek teknik produksi. Penelusuran ini menghantarkan ia dalam menciptakan coffee table yang mengombinasikan teraso dan rotan serta prototipe sebuah alat musik terbuat dari rotan yang disinyalir memiliki akustik yang baik.