“Arsitektur Nusantara itu bukanlah masa lalu seperti yang dianggap sebagian besar orang. Namun, masa depan bagi arsitektur Indonesia,” ujar Yori Antar di tengah sesi Heritage Talk I di Lespace, Kuningan, Jakarta Selatan.
Mengusung tajuk Berburu & Berguru, arsitek yang memprakarsai gerakan Rumah Asuh ini berbagi hal yang selama ini beliau cari dalam karirnya sebagai arsitek serta pembelajaran apa saja yang telah ia raih. Narasi oleh Yori ini mengawali seri talkshow yang diadakan oleh IAI Jakarta.
Pertama-tama pembahasan akan perbandingan antara arsitektur modern dan nusantara memulai talkshow ini. Dalam arsitektur modern, informasi tersebar berkat literatur atau tulisan serta terbiasa dengan budaya industri atau produksi material secara masal. Sementara dalam arsitektur nusantara, informasi justru disalurkan secara lisan dan adanya pendekatan hands-on saat konstruksi sehingga mencetuskan nilai ketukangan berdasarkan nilai tradisional.
Baca juga, Menghidupi Kota Jakarta dalam Bentuk Sketsa Arsitektur
Beberapa poin turut beliau sampaikan terkait kepunahan arsitektur nusantara. Hal ini terjadi dikarenakan selalu dianggap sebagai peninggalan masa lalu, sebuah masa ketika masyarakat dinilai memiliki keterbelakangan secara intelektual dan penuh kegelapan. Tak hanya itu saja, adanya anggapan bahwa rumah adat merupakan bangunan semi permanen akibat sebagian besar mengusung konsep rumah panggung atau memiliki pondasi berada di atas tanah. Lalu, dianggap tidak sehat serta layak huni bagi masyarakat modern.
Bersama Rumah Asuh, Yori mulai mencanangkan pergerakan untuk menyelamatkan warisan arsitektur Indonesia. Kata gotong royong menjadi kata kunci utama dalam pergerakan ini. Beliau tersadar kembali akan nilai tersebut sejalan dengan perjalanan mencari makna arsitektur Nusantara. Dengan demikian, terciptalah proyek berbasis komunitas yang memprioritaskan arsitektur Indonesia yang akan punah. Nantinya proyek ini dapat dibangun oleh warga setempat dengan nilai konstruksi yang mereka usung dan dinikmati langsung oleh mereka. Selain itu, pergerakan ini turut merekam seluruh proses serta mengajak mahasiswa untuk ikut serta dan berbagi pengetahuan mereka nantinya.
Baca juga, Citra 3 Arsitek Indonesia yang Mendunia
Di akhir talkshow, arsitek tamatan Universitas Indonesia ini turut berbagi beragam proyek yang membungkus kembali nilai arsitektur nusantara dalam pendekatan modern, seperti konsep Kopiah Nusantara pada proyek mesjid di kawasan Singkawang. Sejatinya, pengetahuan arsitektur vernakular ini perlu diketahui generasi mendatang agar membuat mereka lebih kritis dan kaya akan informasi mengenai arsitektur yang tepat guna bagi negeri ini.
Nantikan pula Heritage Talk selanjutnya bersama Endy Subijono (A Story from State) pada 5 Maret 2020 serta bersama Avianty Armand (Pelestarian Bangunan = Pelestarian Lingkungan) pada tanggal 2 April 2020.