Bicara soal anjangsana wisata di Bali, kawasan Seminyak terus menunjukkan geliat dengan hadirnya beragam resor dari segala jenis kelas. Perpindahan tren wisata yang lebih niche serta lifestyle oriented dari kawasan Legian dan Kuta sejak hampir satu dekade lebih membuat Seminyak hingga Canggu menjadi destinasi baru yang selalu dicari para wisatawan penyuka spot baru.
Inovasi pun turut dilakukan oleh Potato Head, yang telah tersohor dengan Potato Head Beach Club yang dikenal dengan bermacam sajian hiburannya, mulai dari kuliner, cocktails, live music, hingga rave party disertai pemandangan sunset yang sangat menawan di pantai Seminyak.
Pada akhir tahun 2019 lalu, Potato Head meluncurkan konsep hospitality baru yang serba terintegrasi. Diberi nama Desa Potato Head, area tersebut menyatukan ragam fasilitas yang terdapat di dalamnya seperti beach club, hotel, restoran, dan bar. Potato Head Beach Club sebagai cikal bakal lahirnya Desa Potato Head telah lebih dulu bersinergi dengan hotel Katamama yang selalu mencuri perhatian peminat desain dan arsitektur.
Baca juga: 10 Hotel Paling Romantis di Dunia. Ada Hotel di Bali!
Kehadiran konsep Desa Potato Head tentu membawa wajah baru bagi tren hospitality di kawasan Seminyak, Bali. Salah satu yang menjadi daya tarik utama adalah dibukanya Potato Head Studios, hotel yang mengusung spirit creative center di mana tamu maupun pengunjung dapat melakukan dan mempelajari banyak hal terutama mengenai lingkungan.
Terdiri dari 168 kamar, Potato Head Studios menghadirkan bermacam fasilitas seperti Tanaman, restoran yang seluruh bahannya menggunakan tanaman asli Indonesia. Kemudian terdapat galeri multifungsi, klab anak berbasis lingkungan, beberapa area rooftop, amphitheater, beachfront pool berukuran luas, studio rekaman, studio tetap bagi musisi Wild Life Archive, serta club yang didesain bersama musisi ternama DJ Harvey.
Baca juga: CopenHill Karya BIG Menjadi Bangunan Industrial Terbaik
Di sepanjang tahun 2020 ini, Potato Head Studios telah menyiapkan banyak akvititas untuk dinikmati para pengunjungnya seperti olahraga tepi pantai, sound healing, long-table dinners, workshop berbasis lingkungan, serta music performance untuk mengisi momen sunset khas pantai Seminyak yang menakjubkan.
Melihat fasad Potato Head Studios tampak permainan boks dengan material-material ramah lingkungan, seperti menggunakan sisa batu bata untuk pembangunan hotel Katamama di sebelahnya. Bangunan extravaganza tersebut merupakan hasil kerjasama antara Potato Head dengan arsitek David Gianotten selaku Managing Partner dari studio OMA yang didirikan oleh arsitek legendaris asal Belanda, Rem Koolhaas.
Baca juga: 15 Destinasi Wisata untuk Kencan Romantis
Untuk interiornya, Potato Head Studios menggaet nama-nama besar di bidang desain baik lokal maupun internasional. Setiap kamar dilengkapi perangkat furnitur dan amenities ramah lingkungan yang konsepnya dibuat oleh desainer Inggris, Max Lamb dan Faye Toogood.
Untuk produksinya sendiri, dipercayakan kepada artisan lokal dengan menggunakan aneka limbah plastik daur ulang yang telah melalui proses riset oleh Potato Head Sustainism Lab.
“Esensi dari kehidupan Bali saat ini adalah terciptanya interaksi antar budaya. Desain kami untuk Potato Head Studios mengedepankan relasi antara para pengunjung dan masyarakat sekitar dengan gaya resor khas Bali yang tetap membumi namun tetap memancarkan nilai eksklusif tersendiri,” tutur arsitek David Gianotten.
Semangat untuk menjaga lingkungan sebaik-baiknya memang digencarkan oleh Desa Potato Head, terutama sejak diadakannya Future Design Week di pertengahan tahun 2019 lalu.
Baca juga: Inilah 5 Resto Eksklusif untuk Dinner Romantis di Bali!
Desa Potato Head sangat peduli dengan kelestarian alam Bali, terutama pantai Seminyak yang memang menjadi nilai jual setiap unit bisnisnya. “Kami tidak mencoba untuk mengubah tren bisnis yang ada. Kami berusaha untuk membuat model bisnis yang baru.
Sebuah konsep yang tidak hanya menyajikan kesenangan bagi pelanggan kami, tetapi juga membuka cara pandang baru yang patut untuk disadari”, papar Ronald Akili selaku founder Potato Head. Tidak mengherankan saat menginap di Potato Head Studios, atau menikmati sekeliling kompleks Desa Potato Head setiap detail pada produknya bisa dipastikan ramah lingkungan.
Bahkan restoran yang ada di Desa Potato Head pun memiliki regulasi ketat mengenai limbah makanan yang diproduksi, bagaimana mengolahnya, apakah layak daur ulang, dan bagaimana proses pembuangan akhirnya. Hal itu sesuai dengan slogan Desa Potato Head untuk membawa kesenangan yang bersahabat bagi lingkungan dan komunitas, “good times, do good”.
Teks: Prastia Putra
Foto: dok. Potato Head & OMA