Masjid megah nan bersejarah di Abu Dhabi yang bernama Sheikh Zayed Grand Mosque Center, kini dibangun replikanya di Solo, Indonesia yang diresmikan pada 14 November 2022 lalu. Masjid yang berada di Abu dhabi itu memiliki luas 22.412 m2 dan arsitektur menakjubkan dengan 82 kubah bergaya Maroko.
Hubungan antar negara yang telah terjalin 45 tahun ini membuat nama Presiden Jokowi dijadikan nama jalan di Abu Dhabi, dan tidak lama kemudian tol yang sebelumnya bernama Tol Jakarta-Cikampek II Elevated diubah namanya menjadi Jalan Layang MBZ Sheikh Mohammed Bin Zayed. Hubungan bilateral ini terus berjalan hingga akhirnya Indonesia terpilih menjadi negara yang memilki Masjid yang sama dengan yang ada di Abu dhabi.
Akulturasi budaya di Masjid Raya Sheikh Zayed yang berdiri di atas lahan 2.8 Ha dan seluas 10.000m2 sangatlah terasa, perpaduan arsitektural Arab dan Jawa yang ada di Solo dibuat berbeda dengan yang ada di Abu Dhabi, aslinya yang berada di Sheikh Zayed Grand Mosque dipenuhi dengan gaya Mughal (India, Pakistan, Bangladesh) dan Mooris (Maroko).
Pembeda dari masjid yang ada di Solo dan di Abu Dhabi bisa dihitung jari, karena pembangunan masjid ini memang ditujukan untuk sama seperti aslinya.
Masjid yang menghabiskan dana sebanyak Rp300 miliar ini ditanggung oleh Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA), dalam peresmiannya Presiden Uni Emirat Arab Mohamed Bin Zayed Al-Nahyan turut hadir beserta Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan jajaran menteri negara. Apa yang membuat masjid ini terasa spesial? Berikut keistimewaannya yang telah AlaCASA rangkum
Masjid Raya Sheikh Zayed didesain oleh arsitek yang sama dengan yang merenovasi Gedung Sarinah, yaitu PT Airmas Asri. Airmas Asri bekerja sama untuk membangun mandat masjid ini dari Presiden UEA dengan dengan PT. Arkonin sebagai arsitekur, konstruksi, dan interior serta kontraktor dari Waskita Karya yang sebelumnya sudah merenovasi Masjid Istiqlal.
Airmas dan Arkonin menerapkan simbolisme dan filosofi Batik ke dalam desain interior, misalnya pola karpet yang melambangkan “Batik Dua Negri” yang diwakili oleh warna Biru, yaitu ciri khas Pekalongan dan warna Sogan yang mewakili Solo.
Desain bunga tanjung diartikan sebagai simbol pohon bunga lokal yang memberikan keindahan dan keteduhan, kata Tanjung sendiri mengandung arti semoga semua orang selalu menjunjung tinggi keyakinan beragama.
Pola Batik lainnya dapat dilihat pada desain interior seperti, Pola kawung di koridor, Buketan di pintu masuk utama, Kembang di Mihrab, Pola Bokor Kencono di dinding kubah, dan Koptong di langit-langit salat utama.
Ide ini sepenuhnya datang dari putra mahkota Uni Emirat Arab, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan untuk membangun Replika Masjid yang ada di negaranya untuk Presiden Joko Widodo.
Tersedia dua ruangan, yaitu indoor dan outdoor (selasar). Lantai 1 dan dua bisa diisi 4.000 jemaah, jika sampai selasar kapasitasnya bisa mencapai 10.000 anggota jemaah.
Bukan hanya sebagai rumah ibadah, namun kehadiran Masjid Raya Sheikh Zayed di Gilingan, Kecamatan Banjarsari itu ditujukan juga sebagai pusat dakwah dan pendidikan Islam, dilengkapi perpustakaan yang dapat digunakan untuk menambah sarana pendidikan bagi masyarakat, sekaligus pusat destinasi wisata religi baru di Solo.
Masjid Sheikh Zayed Solo dilengkapi fasilitas yang lengkap, meliputi ruang VIP, perpustakaan, dan basement yang dapat juga diperuntukkan sebagai tempat wudhu putra dan putri. Tersedia pula fasilitas parkir di kawasan masjid yang dapat menampung sekitar 28 unit bus dan 50 kendaraan roda dua.