Perkembangan bentuk bangunan memang tidak akan pernah berhenti. Seiring dengan ditemukannya material-material baru seperti besi sebagai bahan utama, metode-metode konstruksi juga terus berkembang, salah satunya kantilever.
Kantilever merupakan metode konstruksi yang menampilkan struktur balok tanpa menggunakan penyangga seperti kolom. Metode tersebut dapat memberikan ruangan kosong di bawah akibat tiadanya struktur penyangga. Umumnya metode ini banyak digunakan dalam struktur jembatan, namun sekarang digunakan dalam hunian tempat tinggal.
Kantilever ini sudah digunakan dari sejak lama oleh para tukang kayu di Tiongkok untuk membuat konstruksi atap pada aula besar, ruang rapat, dan tempat pengadilan.
Baca juga: Bingung Memilih Lantai Rumah? Ketahui 7 Tipe Lantai Ini
Mereka merangkai setiap potongan kayu dengan sambungan, lalu meletakkan balok di atasnya dengan seimbang untuk membuat struktur seakan melayang. Sehingga balok tersebut menjorok keluar dan menopang balok lainnya sampai ke atas.
Di Indonesia hunian dengan sistem kantilever digunakan oleh Revano Satria pada karyanya, The Twist & Shout. Kantilever ia pilih untuk memaksimalkan bentuk pada site di lokasi pembangunan.
Baca juga: Yuk Simak 3 Perbedaan Pernis Kayu dan Plitur!
Sebelum memutuskan untuk menggunakan kantilever, sebaiknya mengetahui lokasi dan memahami karakteristik tanah terlebih dahulu. Hal ini cukup krusial karena bila tidak, tentu akan membahayakan penghuni di dalamnya.
Dengan struktur yang hanya ditumpu oleh satu sisi saja, maka diperlukan perhitungan cermat dan akurat agar bangunan tetap berdiri dengan kokoh dan kuat. Selain itu, pemilihan material yang ringan dapat mengurangi beban penyangga sehingga mengurangi risiko pelengkungan dan ambruk.
Penggunaan kaca pada bagian flooring juga dapat digunakan juga untuk melihat pemandangan pada bagian bawahnya.