Perlombaan untuk mencari vaksin dari virus corona telah berlangsung sejak virus tersebut pertama kali muncul pada Desember 2019.
Mulai dari vaksin penyakit lain yang direkayasa ulang untuk melawan virus corona, harapan sedikit demi sedikit mulai nampak.
Selain vaksin, kita juga masih mencari metode sanitasi yang pas dan efektif untuk membunuh virus corona. Selain menggunakan disinfektan, di negara lain seperti Tiongkok dan AS, penggunaan lampu UVC mulai diberlakukan.
Lampu UVC merupakan varian lampu UV dengan gelombang lebih pendek. Para ilmuwan percaya jika lampu tersebut dapat menekan tingginya penyebaran virus.
Baca juga: Ayo Sehat! Berantas Corona di Rumah dengan 10 Tahap Ini
Tiongkok menggunakannya untuk membersihkan uang-uang mereka, membersihkan transportasi publik, dan rumah sakit. Bahkan New York menggunakan lampu UVC di fasilitas transportasi subway mereka.
Mashable
Sayangnya, sama seperti disinfektan, lampu UVC bukanlah alat yang efektif untuk membunuh virus yang menempel di manusia. Terekspos dengan lampu UVC memiliki banyak efek samping, salah satunya adalah iritasi hingga kanker.
Praktik sanitasi menggunakan lampu UVC hanya bisa dilakukan ketika tidak ada orang dan hanya bisa diaplikasikan di permukaan benda mati.
Baca juga: 5 Tanaman Obat Tradisional Jadi Buruan Karena Corona
Agar lampu UVC tidak membahayakan manusia, peneliti di Columbia University menemukan jika gelombang UVC 222 nanometer yang dihasilkan spektrum cahaya paling akhir relatif lebih aman untuk manusia, lalu tetap dapat membunuh virus corona.
Gas merkuri yang digunakan sebagai sumber lampu juga diganti dengan LED yang lebih murah dan gampang diakses. Permasalahannya, LED saat ini tidak memilik radiasi UV yang cukup untuk membunuh virus.
Signify
Selama ilmuwan masih berjuang untuk mencari metode yang tepat untuk menekan penyebaran virus corona, yang bisa kita lakukan sekarang adalah mengikuti protokol kesehatan dan melakukan physical distancing satu sama lain.