Kepada CASA Indonesia, Michaela Anselmini, art restorer profesional dengan pengalaman 27 tahun ini mengenang proyek restorasi pertamanya ketika ia masih berusia tujuh tahun.
Lahir di tengah keluarga tukang kayu di Milan, Italia, Michaela kecil yang terinspirasi sang Ayah sudah menunjukkan bakat untuk memperbaiki suatu barang.
"Aku pikir setiap objek memiliki jiwa dan energi. Ketika aku melihat suatu objek rusak, aku selalu ingin memperbaikinya," ujar Michaela.
Baca juga: Gereja Terbakar Lagi! Ini 4 Fakta Katedral Nantes
Maka ketika ukiran clay-bas bergambar Yesus Kristus yang digantung di dinding kantin tempat Ayah-nya bekerja jatuh dan rusak, alih-alih membuangnya, sang Ayah malah meminta Michaela untuk merestorasi ukiran tersebut.
"Aku ingat aku begitu kecewa melihat warna yang aku sematkan tidak sesuai," kenangnya. Meski tidak sempurna, semua orang tetap memuji proyek pertama Michaela. Hingga kini ukiran tersebut masih tergantung manis di rumah pribadinya di Italia.
Setelah lulus dengan predikat Cum Laude dan mendapatkan sertifikat conservation restorer of antique and modern art dari Vedeco, Michaela jatuh cinta kepada Indonesia.
Lalu sejak 2010 hingga sekarang, dia mendedikasikan dirinya untuk merestorasi lukisan-lukisan maestro Tanah Air.
Baca juga: Sekarang Anda Bisa Buat Kota Sendiri Di Rumah
Michaela diberikan kepercayaan dari Kraton Yogyakarta untuk merestorasi dua lukisan Raden Saleh; potret Sri Sultan Hamengkubuwono VI dan Gusti Kanjeng Ratu Hageng yang semuanya dibuat pada tahun 1868. Lukisan tersebut selesai pada Juni 2019.
Menurut Michaela, lukisan Raden Saleh tersebut pernah mengalami proses restorasi secara amatir beberapa tahun sebelumnya. Ternyata proses tersebut malah berpotensi untuk merusak lukisan Raden Saleh. Beruntung Michaela dapat mengembalikan kualitas lukisan Raden Saleh yang kesohor itu.
Kini, perempuan yang bekerja di Sarasvati Art Communication & Publication ini sedang menjalankan proyek restorasi lukisan masterpiece Lee Man Fong, "Flora dan Fauna Indonesia" (1962).
Lukisan megah seluas 14 meter persegi yang dibuat menggunakan cat minyak di atas tiga panel MDF melengkung ini ditempatkan di atas foyer Bali Room, Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta.
Karena lukisannya yang masif, pihak hotel pun harus membuat scaffolding agar Michaela dan dua muridnya bisa bekerja.