Level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di JABODETABEK kembali naik ke level 2 mulai dari 5 Juli hingga 1 Agustus 2022. Walaupun demikian, sebagian besar perusahaan kini telah menetapkan kembali kerja di kantor namun dengan variasi kebijakan menyesuaikan aktivitas di perusahaannya.
Tak hanya di Indonesia, ini juga terjadi di luar negeri seperti halnya Google yang sejak bulan April 2022 mulai hybrid workweek seperti yang dilansir oleh Reuters. Walaupun demikian, kebijakan ini tampaknya masih perlu adaptasi dan perlu mempertimbangkan banyak faktor untuk berjalan dengan baik. Contohnya saja, akibat perbaikan jalan di kawasan Mountain View pada hari kedua balik kerja, terjadi delay 1 jam bagi karyawan saat keluar dari kampus utama.
Di Mountain View ini pula Google menciptakan kampus terbarunya yang dibangun dari 0 (Sebagian besar kantor Google dibangun di gedung pre-existing) dan resmi menyambut budaya kerja baru demi menyesuaikan diri usai pandemi selama 2 tahun.
Baca juga, Kantor Google dari Hanggar! Lihat karya ZGF Architects
Lalu apakah search engine dengan pengguna terbanyak di dunia ini memiliki kampus yang bisa mengatasi drama saat kembali kerja di kantor dan memfasilitasi pekerjanya? Yuk simak cerita lengkap akan kantor terbaru Google ini.
Heatherwick Studio dan BIG bekerja sama untuk merancang kampus yang terletak di area seluas hampir 102.200 meter persegi. Diberi nama Bay View Campus, Alphabet selaku parent company Google berbagi bahwa kantor akan mengakomodasi hingga 4.500 karyawan.
Kampus terbagi atas 2 gedung kantor, pusat acara yang mampu menampung 1.000 orang, dan 4 dormitory dengan total 220 ruang yang berfungsi menampung karyawan yang memerlukan tempat tinggal sementara.
Inilah yang mendasari prinsip desain biophilic yang diterapkan pada seluruh gedung. Pada bagian eksterior fasad, desainer menerapkan kurang lebih 50.000 dragonscale solar skin panel yang terintegrasi dengan geothermal piles di bawah kantor. Dengan demikian energi yang terserap dapat mendinginkan saat cuaca panas dan menghangatkan ruangan ketika cuaca dingin.
Selain itu, dengan bantuan wind farm dekat kampus, bangunan mampu beroperasi dengan 90% carbon free energy dan solar skin dapat menyediakan 40% energi yang dibutuhkan. Dua dapur yang digunakan untuk 7 kafe dalam kampus turut diisi dengan alat menggunakan elektrik ketimbang gas.
Dalam tuturan Michelle Kaufman (Director of Real Estate and Workplace Services R&D) kepada CNBC, semua ruang di kampus dirancang sesuai kebutuhan manusia yang akan menggunakannya. Para Googlers merasa bahagia, produktif dan kreatif saat bekerja dalam tim namun tetap membutuhkan ruang untuk jeda dari suara dan pergerakan agar bisa menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan fokus.
Tercetuslah ruang dengan 2 level. Lantai bawah untuk ruang sosial dan berkumpul yang diisi dengan restoran, kafe, gym, ruang meeting, dan lain-lain. Sedangkan lantai atas terdiri dari beberapa courtyard dan segmen dengan tinggi lantai yang beragam agar memecah open space menjadi area-area kecil. Sehingga area kerja bisa menjadi ruang komunitas untuk 2.000 orang ataupun tim berisi 50 orang serta working group khusus terdiri dari 10 orang sesuai dengan kebutuhan kerja para karyawan.
Baca juga, Ide Desain Kantor: Cubicle, Open Plan, dan Di Rumah?
Tiap panel lengkung pada atap dan ceiling bangunan tersambung menggunakan clerestory window. Dengan demikian memberikan akses maksimal kepada tiap karyawan untuk menikmati cahaya natural saat kerja. Selain itu, panel atap juga berfungsi untuk mengumpulkan air hujan yang digunakan untuk cooling tower, toilet, dan irigasi lansekap di sekitar gedung.
Karena ini terkait pula dengan inisiasi Google dalam melakukan restorasi alam, proteksi dari kemungkinan kenaikan air laut, dan mengakses natural wetland seluas 17,3 acres mengelilingi area perkantoran.
Foto teaser: Iwan Baan / Google