Anabata Live Series #5 hadir dengan jajaran pembicara ternama pada 4 Agustus 2018 di Soehanna Hall, The Energy Building. Mengangkat tema bertajuk Design Process, Anabata menghadirkan Fernando Menis (Menis Architects) serta pasangan arsitek Enrique Sobejano dan Fuensanta Nieto (Nieto Sobejano Arquitectos).
Baca juga, Anabata Live Series #3: Bincang Arsitek Inspiratif
Memori menjadi kata kunci yang dibahas dalam pembahasan proses desain di Anabata Live Series kali ini. Seperti dikutip oleh arsitek Wendy Djuhara selaku host dalam seminar ini, memori dapat membuat sebuah space berubah menjadi place.
Sesi persentasi dibuka oleh moderator, Achmad D. Tardiyana yang memperkenalkan Fernando Menis sebagai pembicara pada sesi pertama. Arsitek asal Tenerife, Canary Islands ini kerap mengangkat konteks lokal dalam perancangannya. Selain itu, beliau juga sangat peka akan kondisi sosial dan ekonomi dari lingkungan dimana proyek akan dibangun.
Baca juga, 9 Inspirasi Desain Rumah Hemat Energi
Sejak tahun 2004, Fernando Menis mendirikan firmanya, yaitu Menis Architects, ia telah menuai beragam prestasi, seperti pemenang Gold Award dalam kategori desain ruang publik dalam Taipei International Design Award 2016, World Architecture News Awards, dan masih banyak lagi.
Dalam merancang ia kerap memulai dengan menggambar konsep terlebih dahulu. Kemudian dengan material yang fleksibel, seperti clay, ia akan memulai eksplorasi bentuk yang nantinya akan diterjemahkan menjadi model 3D melalui software desain.
Salah satu karya yang dijelaskan oleh Fernando adalah CKK Jordanki, sebuah multifunctional concert hall di kota Torún, Polandia.
Seluruh fasad bangunan menggunakan concrete berkesan pucat. Berbeda dengan bagian interiornya, yaitu berdinding cerah dengan penggunaan pecahan bata merah sebagai material utamanya. Penggunaan material ini terinspirasi dari gaya Gothic yang kerap hadir pada bangunan tua di Torún.
Fakta unik pada CKK Jordanki ini adalah ceiling pada auditorium yang dapat diubah menjadi sembilan tipe pengaturan akustik. Perubahan ini tergantung akan fungsi ruang yang ingin dipakai, seperti sebagai ruang konser, ruang orkestra, dan lain-lain.
Baca juga, Weiwuying, Gedung Pertunjukan Terbesar di Dunia
Sesi berikutnya merupakan sesi bersama Enrique Sobejano dan Fuensanta Nieto. Kedua pasangan arsitek ini seringkali merancang bangunan yang berkaitan dengan bidang kebudayaan, seperti museum. Konteks dari lokasi merupakan hal pertama yang ditelusuri kedua arsitek sebelum merancang. Hal ini untuk mempelajari geografi lingkungan, sejarah, serta alasan mengapa bangunan tersebut diperlukan di lokasinya tersebut.
Baca juga, 10 Bangunan Legendaris di Dunia yang Mengubah Sejarah
Maka dari itu, keduanya tidak membatasi metode dan konsep perancangan yang pernah dilakukan, seperti model making, sketsa, dan metode lainnya.
Salah satu proyek desain yang patut disimak adalah Madinat Al Zahara Museum yang berlokasi di Córdoba, Spanyol. Terletak di situs arkeologi kota tua Hispano-Muslim, kedua arsitek memutuskan untuk tidak merusak visual alami pada lingkungannya. Maka dari itu, museum ini dibangun di bawah tanah seolah menyatu dengan landscape di sekitarnya.
Bird Eye View dari Madinat Al Zahara Museum di Córdoba, Spanyol oleh Nieto Sobejano Arqutectos / Fernando Alda / Archdaily
Proyek desain berikutnya merupakan museum Montblanc terbaru yang berlokasi di Hamburg, Jerman. Karya ini merupakan pemenang dari kompetisi yang diselenggarakan oleh Montblanc.
Inspirasi utamanya adalah pulpen dari Montblanc. Kedua arsitek seolah membongkar bagian luar dari pulpen tersebut dan menjadikannya dasar saat merancang layout pada museum beserta dengan fasadnya.