Berdiri sejak 2015, Magi Design Studio bergerak di bidang desain arsitektur dan interior yang berdomisili di Jakarta, Indonesia. Didirikan oleh Margaret Jo dan Yogi Ferdinand, biro ini telah menghasilkan banyak karya yang beragam dari segi skala dan tipologi, baik dari desain master plan, arsitektur, interior, hingga produk dan grafis.
Berprinsip bahwa suatu saat desain yang baik harus tercemin dalam kesejahteraan ekonomi dan sosio-kultur dari sebuah konteks dan lingkungannya, setiap karya dieksplorasi melalui pendekatan desain yang bersolusi sesuai karakteristik masing-masing.
Dalam mengasah kemampuan dan mengembangkan hasil karyanya di dunia desain, Magi Design Studio pun ikut berpartisipasi dalam BWI Design Competition with Montana, yang didukung oleh Montana, BWI Furniture dan CASA Indonesia pada tahun 2019 ini.
Baca juga: Pantonova, Montana: Kursi Legendaris di Film James Bond
Margaret, alumni Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Tarumanegara dan Yogi, alumni Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Pelita Harapan, telah memiliki banyak pengalaman di bidang desain arsitektural dan interior, seperti proyek CGV Green Pramuka, Protelindo, Mac Sarana Djaya, Sky Terrace Apartment Marketing Gallery & Lobby, Parigi Residences, dan Desa Semesta.
Beberapa di antaranya dianugerahi penghargaan, antara lain American Architecture Prize 2017 di New York, World Architecture Festival 2017 di Berlin, European Healthcare Design Award 2018 di London, dan World Architecture Festival 2018 di Amsterdam. Selain berpartisipasi dalam festival bergengsi di dunia desain dan arsitektur, mereka juga mendapatkan kesempatan untuk menjadi juri untuk live judging panel di World Architecture Festival pada tahun yang berbeda, Margaret pada 2018 dan Yogi pada 2019.
Banyak ragam karya yang dihasilkan, mulai dari karya instalasi, komersial, residensial, ataupun sebuah proyek yayasan filantropi untuk pusat rehabilitasi cacat mental, Desa Semesta, yang telah meraih penghargaan karya terbaik di World Architecture Festival 2017 dalam kategori Health-Future Projects.
Pusat rehabilitasi yang melebur di pedesaan, areal persawahan dan perkebunan manggis ini dikonsepkan sebagai fasilitas rehabilitasi tahap akhir untuk mengenalkan pasien kepada kehidupan dengan rutinitas normal, serta proses pemulihan yang difokuskan untuk menumbuhkan tujuan hidup dan rasa kebersamaan di komunitas. Selain itu, institusi ini juga mengakomodasi kebutuhan warga pedesaan akan fasilitas umum yang tidak tersedia di desa ini.
Eksistensi mereka sebagai desainer pun tidak berhenti sampai di situ. Mereka tetap terus mengembangkan kemampuan dalam dunia interior, misalnya instalasi yang menjadi salah satu karya yang diapresiasi saat terpampang di pameran CASA Indonesia 2019.
Kolaborasinya dengan Idefab dalam unjuk produk bantal berbalut kain berwarna kuning mengilustrasikan kurva khatulistiwa yang bertajuk Distorted Equator. Karya ini bukanlah kali pertama Magi Design Studio berkolaborasi dengan Idefab. Pada Maret 2019, mereka juga berkolaborasi dengan HDII (Himpunan Desainer Interior Indonesia) DKI Jakarta untuk sebuah instalasi di pameran Indobuildtech 2019.
Baca juga, 5 Tips Menata Ruangan agar Terlihat Luas dari Ahlinya
Selain karya instalasi, Margaret dan Yogi juga pernah terlibat dalam suatu proyek penthouse di Jakarta. PB Apartment dikonsepkan sebagai rumah teras dengan fasilitas dan kenyamanan yang berbaur dengan alam, suatu kemewahan yang terkadang sulit ditemukan di hunian apartemen. Beberapa pendekatan desain lainnya dilakukan untuk mengubah konfigurasi apartemen urban yang umumnya tersekat-sekat menjadi lebih efisien dan open plan.