Kehadiran AI sudah begitu melebur dengan kehidupan di dunia pekerjaan dan pendidikan, terutama industri desain. Tak sedikit juga arsitek atau desainer yang merasa “terusik” dan memberikan pertanyaan, “akan kah pekerjaan saya tergantikan?”

Namun ternyata banyak juga para penggiat kreatif yang merasa ini menjadi sebuah tantangan yang seru dan bisa dijadikan sebagai kesempatan yang menarik untuk dikembangkan, salah satu Jarrod Lim asal Singapura. Jarrod Lim adalah salah satu desainer terkemuka di Asia yang berspesialisasi dalam furnitur, produk, dan interior mewah. 




CASA sempat bertemu Jarrod Lim di tahun 2023 dan melihat semangatnya dalam berkarya. Mendapatkan berkesempatan yang sama, tahun ini CASA kembali mewawancarai Jarrod Lim di booth American Hardwood Export Council (AHEC) yang ia rancang. Pada ajang Interzum SEA di pameran Iffina Indonesia Meubel & Design Expo, Jarrod bersama AHEC mempersembahkan karya teranyarnya yang bertajuk Man x Machine x Material.




Proyek ini menjadi ruang eksplorasi bagi Jarrod untuk memadukan kreativitas manusia dengan kekuatan teknologi AI, khususnya dalam penggunaan material kayu red oak dari Amerika. Red oak ternyata juga menyimpan banyak keunggulan yang menarik untuk dikembangkan sebagai bahan dasar furnitur. Di artikel ini, Jarrod menjelaskan tentang karakteristik red oak dalam karyanya.




Sebuah highlight yang menarik adalah Jarrod memberikan statement bahwa AI sebagai alat dalam proses kreatif, bukan pengganti. Jarrod menggarisbawahi perbedaan ini dalam proyeknya, bahwa AI berperan sebagai mitra yang membantu, tetapi tetap memerlukan intuisi desainer untuk memberikan sentuhan akhir. Sejauh apa eksplorasi dan inovasi Jarrod dalam merancang furnitur tahun ini bersama ChatGPT dan AHEC? 


AI sebagai Alat, Bukan Pengganti

Kita semua tahu bahwa generative AI memiliki kemampuan luar biasa dalam memproses informasi dengan kecepatan yang jauh melampaui kemampuan manusia. Namun, meskipun AI dapat menghasilkan desain yang menarik dengan cepat, AI tidak mampu memahami konteks emosional yang melingkupi manusia.




Dan di sini lah naluri seorang desainer membuat Jarrod menjadi nahkoda utama. Pengalamannya bertahun-tahun dalam memahami proses manufaktur menjadi penyeimbang terhadap keterbatasan AI, yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami konteks produksi secara menyeluruh.




Dalam proyek Man x Machine x Material, Jarrod bereksperimen dengan interaksi manusia dan komputer, serta menggunakan AI untuk mengeksplorasi berbagai desain. Bersama ChatGPT, ia mengeksplorasi manfaat serta batasan AI dalam desain furnitur dengan material yang memiliki keterikatan emosional seperti red oak Amerika. “Saya harus memulai proyek ini dengan pikiran terbuka, tanpa asumsi awal. Saya biarkan AI memberi masukan desain, kemudian saya sempurnakan dengan intuisi kreatif saya,” ujarnya. 


Indonesia sebagai inspirasi Jarrod x AHEC

Selama lebih dari 3 dekade, AHEC dikenal sebagai asosiasi terkemuka bagi industri hardwood asal Amerika sekaligus merepresentasikan para perusahaan eksportir kayu. AHEC pun telah berhasil membangun merek yang diakui secara internasional, memasarkan lebih dari 20 spesies kayu keras yang tersedia secara komersial, dan meningkatkan permintaan di seluruh dunia.




Kolaborasi bersama desainer di seluruh dunia menjadi sebuah agenda yang dinantikan, salah satunya karya bersama Jarrod Lim. Ini merupakan proyek kolaborasi Jarrod dan AHEC yang ketiga kalinya. Hasil dari kolaborasi kali ini adalah rangkaian furnitur yang menakjubkan, termasuk meja Airstream dan stool Diffuse. Koleksi ini mencerminkan perpaduan antara konsep AI dan bahasa desain Jarrod.






Terinspirasi oleh gaya arsitektur Indonesia, seperti kisi-kisi dan warisan budaya pembuatan kapal di Bali, desain ini menghadirkan keseimbangan antara estetika kontemporer dan elemen budaya lokal. Dengan dukungan para pengrajin dari Omega Mas, karya ini berhasil diwujudkan dengan sempurna, menunjukkan teknologi dapat memperkaya kreativitas manusia.


Keindahan yang tersembunyi dari red oak

Jarrod tertarik bekerja dengan kayu keras Amerika, terutama red oak, karena material ini bukan hanya ramah lingkungan tetapi juga memiliki nilai emosional. Red oak seringkali diabaikan dalam industri furnitur dibandingkan spesies lain seperti white oak atau walnut, padahal sifatnya yang mudah dibentuk (seperti dalam proses steam bending) menjadi daya tarik tersendiri. 




"AI memberikan saran kayu yang generik pada awalnya, tetapi setelah diminta mempertimbangkan keberlanjutan dan kemudahan kerja, AI akhirnya merekomendasikan red oak Amerika," kata Jarrod. Red oak dikenal karena kemampuannya yang dapat dibengkokkan, sehingga material ini menjadi pilihan ideal untuk proyek-proyek yang Jarrod kerjakan. Hal ini terlihat dalam desain meja Airstream yang dikerjakannya, di mana kaki meja memanfaatkan teknik ini.




Desain dan AI di masa depan bagi Jarrod

Dalam dunia desain, kolaborasi seringkali menjadi jembatan untuk eksplorasi dan inovasi. Kolaborasinya tak hanya diperuntukan bagi brand x desainer, namun kini human x AI. Kolaborasi dengan AHEC juga tidak lepas dari isu keberlanjutan. Menurut Jarrod, keberlanjutan bukan hanya tentang pemilihan material yang ramah lingkungan, tetapi juga tentang bagaimana produk dibuat agar tahan lama.




Sebuah kursi yang dibuat dengan baik dan bertahan seumur hidup adalah contoh desain yang benar-benar berkelanjutan. AI mungkin membantu dalam beberapa aspek keberlanjutan, tetapi tanggung jawab tetap ada pada desainer untuk mengarahkan pilihan material dan mempengaruhi konsumen.




Bagi Jarrod, pengalaman ini membuka mata tentang peran AI dalam desain masa depan. Meskipun AI dapat membantu mempercepat proses ideasi, ia menyadari bahwa AI masih memiliki keterbatasan dalam memahami intuisi dan cerita di balik desain. "AI bisa menghasilkan desain yang menarik secara visual, tetapi tidak ada elemen cerita di baliknya, tidak ada intuisi desainer yang mengarahkan proporsi dan pilihan material," ujarnya.

Pada akhirnya, Jarrod percaya bahwa AI dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat, tetapi tetap dibutuhkan peran manusia untuk menciptakan desain yang mampu menyentuh hati orang banyak.




Sumber foto: AHEC