Berencana traveling ke Yogyakarta? Pastikan Anda memasukkan nama Museum Ullen Sentalu ke dalam itinerary!
Terpilih sebagai museum kedua terbaik di Indonesia tahun 2018 oleh para pengguna situs travel TripAdvisor, museum ini didirikan dengan harapan menjadi “jendela pembuka peradaban seni dan budaya Jawa, sekaligus jembatan komunikasi bagi generasi muda”.
Simak 10 hal yang perlu Anda ketahui tentang Museum Ullen Sentalu sebelum berkunjung ke sana.
Nama museum yang terdengar unik ini ternyata merupakan singkatan dari sebuah kalimat bahasa Jawa “Ulating blencong sejatine tataraning lumaku”.
Kalimat tersebut bermakna nyala lampu blencong (lampu yang dipergunakan saat pertunjukkan wayang kulit) merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan.
Museum Ullen Sentalu banyak mengisahkan tentang peradaban Kerajaan Mataram yang terpecah menjadi 4 keraton di Solo dan Yogyakarta, yaitu Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman.
Para pengunjung dapat melihat banyak lukisan dan foto bangsawan pada zaman tersebut, koleksi kain batik Solo dan Yogyakarta yang ternyata memiliki makna tersendiri, gamelan kuno, arca-arca budaya Hindu dan Budha, serta peninggalan lainnya.
Baca juga: Menyusuri Prawirotaman: Destinasi Masa Kini Yogyakarta
Museum ini digagas oleh keluarga Haryono, keluarga pembatik di Yogyakarta yang memang masih keturunan bangsawan. Mereka suka mengoleksi peninggalan warisan budaya Jawa karena sangat mencintai sejarah Indonesia, khususnya Jawa.
Saat ini, selain sumbangan dari keluarga Haryono, koleksi Museum Ullen Sentalu juga didapat dari hibah Yayasan Ulating Blencong (pengelola museum) dan sesepuh keluarga kerajaan Mataram.
Museum ini selalu menyediakan fasilitas pemandu tur yang akan menemani pengunjung menelusuri setiap ruangan. Dengan cara penyampaian yang interaktif, Anda pun akan fokus mendengarkan tiap penjelasannya.
Note: harga tiket sudah termasuk fasilitas pemandu tur
Sulit mencari foto koleksi Museum Ullen Sentalu di internet atau media sosial? Itu karena memang ada peraturan yang tidak memperbolehkan pengunjung untuk mengambil gambar dalam bentuk apapun di hampir seluruh area museum.
Tapi jangan khawatir, ada beberapa spot khusus yang disediakan untuk berfoto. Salah satunya adalah di area replika relief Candi Borobudur yang dibuat miring, menggambarkan penurunan minat generasi muda akan seni dan budaya Jawa.
Berada 25 km utara dari pusat kota Yogyakarta, Anda dapat mengunjungi museum ini dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun umum.
Berikut panduan lengkap yang tertera di website resmi museum:
Dengan Kendaraan Pribadi:1. Melalui Jalan Kaliurang (30-45 menit): ikuti jalan utama ke arah utara sepanjang 18 km.2. Melalui Jalan Palagan Tentara Pelajar (25-35 menit): ikuti jalan utama ke arah utara sepanjang 10 km, belok kanan pada pertigaan Pulowatu dan ikuti jalan sepanjang 3 km, belok kiri di pertigaan Pasar Pakem, ikuti jalan utama sepanjang 6,5 km.Dengan Kendaraan Umum (60-90 menit):Gunakan Bus TransJogja rute 2B atau 3B dan turun di Shelter Ring Road Utara-Kentungan. Ganti dengan angkot rute Yogyakarta-Pakem dan turun di Pasar Pakem. Ganti dengan angkot rute Pakem-Kaliurang dan turun di Taman Kanak-Kanak Kaliurang. Berjalan ke arah Barat kurang lebih 300 meter (8 menit).*) Angkot hanya beroperasi pada pukul 08.00-14.00 WIB, dengan jadwal yang tidak teratur
Dengan Kendaraan Pribadi:1. Melalui Jalan Kaliurang (30-45 menit): ikuti jalan utama ke arah utara sepanjang 18 km.2. Melalui Jalan Palagan Tentara Pelajar (25-35 menit): ikuti jalan utama ke arah utara sepanjang 10 km, belok kanan pada pertigaan Pulowatu dan ikuti jalan sepanjang 3 km, belok kiri di pertigaan Pasar Pakem, ikuti jalan utama sepanjang 6,5 km.
Dengan Kendaraan Umum (60-90 menit):Gunakan Bus TransJogja rute 2B atau 3B dan turun di Shelter Ring Road Utara-Kentungan.
Ganti dengan angkot rute Yogyakarta-Pakem dan turun di Pasar Pakem.
Ganti dengan angkot rute Pakem-Kaliurang dan turun di Taman Kanak-Kanak Kaliurang.
Berjalan ke arah Barat kurang lebih 300 meter (8 menit).
*) Angkot hanya beroperasi pada pukul 08.00-14.00 WIB, dengan jadwal yang tidak teratur
Setelah melewati beberapa area museum, pemandu tur akan menyilakan pengunjung untuk istirahat sebentar dan menyediakan minuman Wedang Ratu Mas.
Sebutan “Ratu Mas” ini diambil dari nama permaisuri Sri Susuhunan Pakubuwono X. Konon katanya, ramuan minuman ini dipercaya dapat membuat orang awet muda sama seperti paras sang permaisuri. Penasaran bagaimana rasanya?
Baca juga: 10 Tempat Wisata Bersama Anak di Yogyakarta
Museum ini dibuka setiap hari kecuali hari Senin. Perlu dicatat juga bahwa pembelian tiket dan tur terakhir 30 menit sebelum museum tutup.
Harga tiket masuk
Pengunjung domestik: Rp40.000,- (Dewasa), Rp20.000,- (5-12 tahun)
Pengunjung mancanegara: Rp100.000,- (Dewasa), Rp60.000,- (5-12 tahun)
Jam buka
Senin: Tutup
Selasa-Jumat: 08.00-16.00 WIB
Sabtu-Minggu: 08.30-17.00 WIB
Informasi lebih lanjut
Telepon: +62 274 895161
Website: www.ullensentalu.com
IG: @ullensentalu
Foto teaser: Dok. Isthi Rahayu / Instagram @isthi_r