Ketika membangun rumah di pemukiman padat seperti Jakarta, apa yang menjadi pertimbangan Anda? Selain luas tanah yang seringkali terbatas, aspek lingkungan dan keamanan rumah kerap menjadi krusial untuk diperhatikan.
Di tangan Savala Associate, proyek hunian yang bertajuk “The Living Grotto” yang terletak di bilangan Jakarta Barat ini tampak merespon faktor penting tersebut dalam desainnya. Begitu pula sebagai jawaban atas permintaan klien akan hunian yang berwawasan lingkungan, hemat energi, dan kebutuhan ruang yang cukup besar di tengah pemukiman padat. Secara singkat, rumah modern ini bertujuan membuat penghuni di dalamnya merasa terkoneksi dan berinteraksi dengan lingkungan alam terbuka di sekitarnya. Dengan demikian, menciptakan rumah yang tak hanya aman, namun sejuk pula walaupun berada di Jakarta yang identik dengan iklim tropis.
Berdiri di lahan seluas 212 m2 dengan luas bangunan total 633 m2, rumah ini terdiri dari 4 lantai yang terbagi menjadi 16 ruang. Bagaimana cerita dibalik proyek The Living Grotto ini? Mari simak ulasan lengkapnya!
Tinggal di sudut jalan seringkali dihadapkan dengan dilema, "Duh, rumah ini menghadap dua sisi jalan, mendingan taruh pintunya di sebelah mana, nih?"
But, the more, the merrier! Posisi rumah di hook atau sudut jalan ternyata membantu menciptakan pencahayaan alami yang banyak untuk di dalam rumah. Ini terlihat dengan fasad yang secara dominan berorientasi ke arah Barat dan sisanya ke arah Selatan.
Sang arsitek merespon keadaan bangunan terhadap lingkungan sekitar dengan memaksimalkan potensi pemanfaatan pencahayaan alami dan pengudaraan alami ke dalam bangunan. Hal ini ditunjukan dengan penerapan skylight sebagai pengganti akan kehadiran bukaan berupa jendela dari arah Barat yang tidak optimal. Sedangkan cahaya artifisial menjadi sumber pencahayaan ketika sore dan malam hari.
Untuk penghawaan, ruangan utama di lantai bawah terekspos langsung oleh void yang terhubung hingga lantai tiga sehingga memungkinkan aliran udara yang lebih optimal. Selain itu, celah udara di atas kamar mandi dan dapur menerapkan prinsip ventilasi silang sehingga membuat angin masuk dan bersirkulasi ke dalam bangunan sekaligus membuang hawa panas ke luar bangunan melalui celah tersebut. Metode seperti lah yang berkontribusi dalam menjaga rumah tetap sejuk.
Pemilik rumah menginginkan hunian yang dapat ditempati hingga 20 tahun lamanya, sehingga rancangan arsitektur dan interior memiliki sifat ‘permanence’ dan ‘robust’ untuk menjaga bangunan ini tetap terjaga eksistensinya dalam jangka panjang.
Keinginan ini direpresentasikan melalui fasad bangunan dengan massa yang masif. Berkat secondary skin menggunakan material plat besi tebal yang menutupi sisi barat bangunan, ini menciptakan kesan ringan serta memiliki ketahanan yang tinggi terhadap cuaca.
Penggunaan pagar yang terdapat di fasad bangunan dari plat besi ini juga dapat menunjang visual privacy penghuninya ketika berada di dalam rumah, sehingga rumah tetap aman walaupun berada di tengah pemukiman padat. Plat besi tersebut dihadirkan dengan lubang garis tipis guna memungkinkan klien untuk melihat ke arah luar sekaligus mengurangi beban angin yang diterima oleh pagar ini.
Hunian ini memiliki 16 area yang dibagi berdasarkan jenis aktivitas. Area pada lantai 1 ditujukan untuk area yang bersifat publik, di sini para tamu atau kerabat yang datang dapat berkumpul di dalam area yang berbeda tanpa harus merasa sendirian. Konsep semi terbuka dengan partisi berupa kaca dan sling, memungkinkan penggunanya untuk tetap terkoneksi walaupun memiliki kegiatan masing-masing.
Sementara di lantai dua terdapat area berkumpul keluarga yang bersifat semi-privat, lantai tiga terdiri dari area kamar yang bersifat privat, dan di area lantai empat terdapat rooftop tempat keluarga dan kerabat dapat berkumpul sambil menikmati pemandangan kota Jakarta.
Baca juga: Rumah Modern Super Aman Ini Ada Di Tengah Jakarta!
Menekankan nuansa natural dan elegan pada interior, desainer interior menghadirkan berbagai material alami untuk mencapai nuansa tersebut. Penggunaan beton ekspos digunakan di berbagai area untuk memberi sentuhan warna abu yang tidak merata sehingga meningkatkan kualitas ruang serta kesan yang eksotik dan sejuk di dalam rumah. Sementara untuk menyeimbangkannya, digunakan material kayu yang memberikan suasana hangat, ketenangan dan kenyamanan.
Warna yang hadir relatif gelap dan maskulin. Penggunaan warna hitam bertujuan untuk mempertegas bentuk dan menambah elegansi dalam ruangan. Agar ruangan tidak terkesan gelap, permainan cahaya dan penggunaan material yang bersifat glossy dipilih untuk menyeimbangkan warna gelap. Selain itu, adanya bukaan, alur cahaya dan kombinasi warna yang kontras juga menjadi strategi untuk mencapai nuansa tersebut.
Ada yang unik dari hunian ini, yaitu penggunaan material tangga yang terbuat dari tempered glass. Penggunaan material kaca membuat kesan bahwa penghuni di lantai 1 akan diajak ke area yang spesial di lantai atas. Alas tangga menggunakan tempered glass dengan tebal 12 mm yang aman dan dapat menahan beban maksimal 450 kg atau setara 7 orang dewasa.
Di dekat area tangga, terdapat vertical garden yang menghubungkan area lantai satu hingga lantai empat. Taman vertikal ini menggunakan tanaman artifisial, sehingga maintenance-nya mudah dan hanya perlu dibersihkan secara berkala untuk menghindari debu tanpa harus meninggalkan kesan sejuk dan adem di dalam rumah.
Untuk menghadirkan suasana yang lebih hangat, pemilik hunian menginginkan sebuah area untuk bersosialisasi dan berkumpul dengan pengalaman yang unik. Maka dari itu sang arsitek membuat area rooftop di lantai empat dengan rooftop garden lengkap dengan pemandangan cityscape Kota Jakarta dari area berkumpul.
Untuk rooftop garden, tanaman yang digunakan merupakan jenis tanaman yang kuat terhadap kondisi panas terik matahari dan memerlukan penyiraman yang lebih sering setiap harinya. Pemilihan jenis tanaman dan rumput ini telah dikonsultasikan dengan pakarnya untuk menghadirkan tanaman dengan karakter durable yang dibutuhkan.
Baca juga: Tips Penting dari Arsitek Saat Dirikan Rumah di Jakarta