Milan Design Week kembali lagi diselenggarakan dengan segala agenda dan koleksi yang menarik perhatian. Sebagai ajang bergengsi untuk dunia desain, Milan Design Week menarik perhatian banyak desainer serta seniman untuk menciptakan karya-karya yang tidak hanya baik, namun mampu menginspirasi seluruh dunia. Milan Design Week 2023 diadakan dari 17-23 april, meliputi program-program salone del mobile serta serangkaian acara yang didistribusikan di berbagai wilayah kota.
Dan yang perlu dibanggakan adalah Indonesia turut terlibat di acara bergengsi ini. Begitu banyak nama desainer atau seniman muda yang turut hadir bersama para penggiat seni senior yang telah merintis karyanya bertahun-tahun. Siapa sajakah? Simak artikel rangkuman Milan Design Week dari AlaCASA ini.
Milan Design Week mempersembahkan komis terbaru yang sangat dinantikan dari desainer asal Paris, Robert Stadler. Lebih dari 2 tahun dalam pembuatan, proyek ini adalah serangkaian objek fungsional keramik yang unik dan merupakan hasil karya buatan tangan dari perusahaan keramik milik keluarga terkemuka Italia, bernama Bitossi Ceramiche. Proyek eksklusif ini bagai membahas hubungan antara manusia dan lingkungan melalui objek manipulasi genetik buah dan sayur yang tidak pernah terpikirkan menjadi furnitur.
Sang desainer mengubah pisang bersih, terong, dan alpukat menjadi benda fungsional yang sangat ikonis bernama OMG-GMO. Seri ini terdiri dari coffee table, coat rack, standing lamp, dan lain-lain. Carwan Gallery menghadirkan OMG-GMO dalam kemitraan dengan Association 5VIE, sebagai bagian dari pemilihan resmi proyek kurasi untuk Milan Design Week.
Karya yang lembut dari Objects of Common Interest, sebuah research & design studio yang berbasis di New York and Athens. Dipimpim oleh Eleni Petaloti & Leonidas Trampoukis, biro ini merancang poikilos: new forms of iridescence di Nilufar Art Gallery dan bertajuk The Bright Side of Design. Nilufar menjadi tempat pertemuan dan pameran lengkap dari beberapa seniman dan desainer yang memiliki skill tak terbantahkan dalam industri desain dan pembuatan furnitur kontemporer.
Lebih dari sekadar memamerkan karya desain, namun setiap objek ini dipadukan dengan beberapa karya vintage ikonik yang berkontribusi untuk menempa sejarah desain, tahun demi tahun. Projek terbaru dari Objects of Common Interest dianggap sebagai pertunjukan indah yang menyelidiki bentuk-bentuk baru, permainan warna, dan memberi penghormatan kepada Yunani Kuno dan tradisi Hellenic.
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan Indonesian Contemporary Art (ICAD) mempersembahkan 'Weaving the World' oleh ICAD Collective sebagai bagian dari Superdesign Show di Milan Design Week. Para kurator dan direktur artistik di balik 'Weaving the World', Diana Nazir (Kurator), Amanda Ariawan (Asisten Kurator), dan Andika Frestian (Direktur Artistik), melihat aksi menganyam atau menenun sebagai upaya untuk mencapai kesatuan, koeksistensi, dan persinggungan.
Pameran ini menampilkan pelaku-pelaku dari Indonesia yang berada di garis depan dunia seni dan desain. Seniman kontemporer yang terkenal dengan instalasi rajut imersifnya, Mangmoel, tampil untuk pertama kalinya di Milan Design Week lewat responnya terhadap ruang. Kolaborasi menjadi kunci dari beberapa karya yang ditampilkan, termasuk dari seniman visual Ayu Andiani dan desainer grafis Harry Purwanto, speaker BaNa dan TAGA yang terinspirasi oleh kerajinan tangan tradisional, serta keranjang anyaman Polkaa Goods yang didesain oleh duo desainer interior; Rina Renville & Nuantika.
Perusahaan material VIRO berkolaborasi dengan desainer interior dan seniman ITJUK dan KEZIAKARIN dalam dua proyek yang berbeda. Terdapat juga desainer dan brand yang selalu bereksplorasi dengan bentuk dan material dalam mengedepankan fesyen, yakni BYO by Tommy Ambiyo, Iyonono, KaIND, KAIT Handmade, Rinaldy Yunardi, RUEVERSE by Savira Lavinia, dan Threadapeutic. Brand furnitur Djalin juga menghadirkan desain menarik yang menanamkan pesona abadi dari keahlian Indonesia dalam kehidupan kontemporer kita.
Selain persembahan ICAD, ada brand lokal Indonesia lain yang juga terlibat di dalam acara Salone Satellite yaitu brand Robries. Berkolaborasi dengan Studio Hendro Hadinata, brand ini menciptakan sebuah rangkaian karya berbahan baku 100% sampah plastik daur ulang. Dengan konsep desain yang terinspirasi dari gerbang dan candi tradisional Indonesia, Bentar table lamp ini merupakan cerminan dari filosofi leluhur Nusantara yaitu Gerbang Terbelah dan Candi Bentar yang populer di Jawa, Bali dan Lombok.
Candi bentar adalah sebutan bagi bangunan gapura berbentuk dua bangunan serupa dan sebangun tetapi merupakan simetri cermin yang membatasi sisi kiri dan kanan pintu masuk. Gerbang Terbelah masih menjadi salah satu peninggalan arsitektur paling berpengaruh di Indonesia yang konon ditemukan di Majapahit.
Terlihat sederhana namun memiliki cerita. Tsukiko (Moonchild) table lamp adalah hasil kolaborasi brand perancang lentera yang berbasis di Kyoto bernama Kojima Shoten dan desainer asal Australia Alexander Lotersztain. Karya unik ini dengan mulus memadukan teknik jibari-shiki tradisional dengan desain kontemporer dan pada akhirnya menghasilkan karya seni yang menakjubkan.
Fungsional dan elegan, karya ini diselumiti oleh bahan alami lembut Tsukiko yang digunakan dalam konstruksinya menciptakan suasana yang menenangkan dan santai. Cahayanya yang hangat menciptakan suasana yang memikat sekaligus ramah, menjadikannya tambahan yang sempurna untuk ruang apa pun.
Karya ini akan dipresentasikan di Rossana Orlandi Art Gallery selama Milan Design Week. 'Tsukiko' adalah bukti Shun Kojima & Ryo Kojima atas keterampilan dan kesenian mereka yang luar biasa, yang mencerminkan komitmen perusahaan untuk melestarikan kerajinan tradisional untuk generasi mendatang. Reputasi Kojima Shoten untuk keahlian luar biasa dikaitkan dengan metode pembuatan jibari-shiki mereka yang unik, yang melibatkan penggunaan potongan bambu yang lebih tebal untuk bingkai dan kertas untuk lentera.
Nama Patricia Urquiola sudah tidak asing lagi di dunia desain. Kali ini, Patricia Urquiola berkolaborasi dengan brand Budri yang menghadirkan koleksi 'aquarel'. Budri adalah brand Haute Couture Marble Atelier asal Italia yang sangat terkenal akan kualitas yang tinggi dan detail yang presisi. Melalui kerja sama ini, Budri menghadirkan Aquarel yang menjadi karya yang eksplorasif dan beda dari yang lain.
Dengan ciri khasnya Urquiola, ini adalah kombinasi water color shades yang luar biasa serta menggabungkan roman travertine klasik dan iranian white onyx. Koleksi ini menampilkan nuansa warna pastel yang kontras dengan porositas dan kekasaran Travertine. Dalam koeksistensi warna dan bentuk yang harmonis, koleksi Aquarel memberikan daya pikat yang sangat artistik.
Budri memproduksi koleksi ini dalam beberapa seri, yaitu dua dining table dengan ukuran berbeda, coffee table, paravent, pelapis dinding, karya seni, dan aksesori yang cantik.
Sumber foto: Milan Desing Week, ICAD