Aboday adalah salah satu biro arsitek lokal yang telah sukses hingga lebih dari satu dekade. Aboday didirikan sebelas tahun yang lalu oleh Ary Indra, Rafael David, dan Johansen Yap yang kini diteruskan oleh Ary dan Rafael.






Semua berawal dari teman sepermainan dalam komunitas warga negara Indonesia yang bekerja di Singapura. Mereka saling mengenal saat tergabung di kantor yang sama, Axis Architects Planner.




Merupakan hal baik untuk bekerja di bawah satu naungan perusahaan yang sama, karena mereka jadi lebih mengenal karakter masing-masing, kelebihan, dan kelemahan.


ekitar tahun 2005, mereka mengalami kejenuhan dalam pekerjaan, sehingga memutuskan untuk memulai bisnis sendiri, yang tidak bergerak di bidang arsitektur.




Di suatu malam itu di Lao Pa Sat, yakni food centre ternama di Singapura, terjadi obrolan seru yang ternyata mengubah jalan hidup mereka sampai saat ini. Mereka menyadari bahwa garis hidup mereka tidak bisa jauh dari dunia arsitektur.


Setelah menutup bisnis mereka di Singapura, para pemuda ini pulang ke Indonesia dan mendirikan konsultan arsitektur dan interior di Indonesia. Keputusan ini bukan menjadi akhir, namun awal kisah dari Aboday. 


Menurut Ir. Gunawan Tjahjono, M.Aerch., Ph.D., Guru Besar Teknik Arsitektur Universitas Indonesia, sekaligus Mantan Rektor Universitas Pembangunan Jaya menyampaikan,

"Kehadiran Aboday dalam kancah arsitektur di Indonesia nisbi baru. Namun karya kelompok ini telah menarik perhatian kalangan praktisi dan akademisi dalam waktu cepat. Karya-karya Aboday memberi kesegaran".


Apresiasi ini disampaikannya di Kata Pengantar dalam buku Aboday yang terbaru, Firmitas.



Apa peranan Anda masing-masing di Aboday?

Ary Indra (AI): Di samping tugas normal saya sebagai seorang arsitek, saya berperan dalam hal dokumentasi dan publikasi, termasuk hubungan ke masyarakat luas dalam bentuk presentasi karya Aboday. 


Rafael David (RD): Pada dasarnya, kami memiliki peranan yang sama. Setiap partner bertanggung jawab terhadap desain dan marketing, yang merupakan bagian integral untuk tetap bertahan di dunia desain. 



Ciri khas desain Aboday?

RD: Fotogenik, karena orang akan lebih mudah mengingatnya. Selain itu, kami berusaha mendesain bangunan yang memiliki cerita yang akan membawa emosi seseorang. 


AI: Free from any style. Kami sengaja menghindar dari typecast desain tertentu, agar tetap relevan dalam keadaan apa pun.






Seperti yang dikatakan oleh Ary, Aboday cenderung menghindari membuat rancangan dalam satu gaya dan genre tertentu. Hal ini mereka anggap sebagai tantangan dan demi memperkaya kosa kata arsitektur di Indonesia maupun luar negeri. Satu kutipan yang kami ambil dari buku Firmitas dan dirasa menarik dan mencerminkan Aboday adalah "Menciptakan Pasar, Bukan Mengikuti Pasar."




Nama Aboday pun sudah terdengar hingga ke kancah internasional, salah satu terlibat menjadi bagian dari Member of International Panel of Judges at Borderless Asia Nations Competition di Bangkok, Thailand pada tahun 2012.




Beberapa penghargaan terbaru yang Aboday dapatkan seperti 3rd Prize Winner at Holcim Indonesia Award 2015 (Beranda Jakarta for Museum Nasional Indonesia), Award Recipient for Medium Dwelling Category, IAI Awards Medan 2015 (Perumahan Alessandria, Surabaya), dan Award Recipient for Office Project Category, IAI Awards Medan 2015 (Gedung DMHQ, Jakarta).

Beberapa pameran pun mereka ikuti seperti Pameran Instalasi Arsitektur, Emerging Architecture 0.1. Galeri Nasional, Jakarta tahun 2012 dan Atlas of the Unbuilt World, The Bartlett School of Architecture, London, 2013 (Museum Nasional Indonesia).




Upaya yang dilakukan Aboday dalam mengharumkan nama arsitektur Indonesia di ruang lingkup internasional?

"Kami menyikapi ciri khas Indonesia dalam setiap karya kami tidak secara visual maupun harafiah. Arsitektur adalah sebuah ‘rasa ruang’ daripada sebuah ‘tampilan wujud’ belaka. Kekayaan budaya kita bisa menjadi jebakan tersendiri apabila salah diaplikasikan. Pendekatan yang kami lakukan cenderung ke arah perspektif kontemporernya".




Tiga kata yang merefleksikan dunia arsitektur dan interior di Indonesia?

AI: Can be better. 

RD: Dunia yang kejam (sembari tertawa).  




Beberapa karya terbaru mereka antara lain Apartemen Saumata di Alam Sutera, Tangerang, Apartemen Menteng 37 di Menteng,Jakarta Selatan, RA Residence di Cilandak, Jakarta Selatan.




Foto oleh CASA Indonesia, Aboday