Membaiknya situasi usai pandemi membuka jalan bagi pelaku kreatif Indonesia untuk mengembangkan sayapnya di kancah internasional. Indonesian Contemporary Art (ICAD) didukung oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta membawa 17 desainer dan seniman lokal hadir kembali di ajang Superdesign Show di Milan, Italia. Acara ini berlangsung mulai dari tanggal 18 hingga 23 April 2023 di Superstudio Piu - Via Tortona 27 Milan.






Baca juga, ICAD Buka Pameran di Italia


Jika di tahun 2019, ICAD mengusung tema Essential Jakarta, di 2023 ICAD mempersembahkan Weaving The World dengan visi menciptakan kolaborasi sekaligus menyatukan ide kreatif dengan material secara fisik. Diana Nazir selaku kurator bersama Amanda Ariawan (Asisten Kurator) dan Andika Frestian (Direktur Artistik) memaparkan aksi menganyam sebagai usaha untuk mencapai kesatuan dan coexistence antara elemen yang kerap kali dianggap terpisah. Misalnya saja seni dan desain, kriya dan teknologi, kelembutan dan kekokohan.





Mengisi booth seluas 104 meter persegi yang didominasi latar berwarna orange, karya desainer Indonesia termasuk dalam area Asian R-evolution yang menampilkan desain-desain yang meleburkan tradisi dan modernitas dalam rancangannya. Sejumlah karya seni dan produk lokal yang hadir di International Design Show yang telah berlangsung sejak tahun 2000 ini, tak hanya memamerkan visual namun juga visi sustainability lewat produk yang sebagian besar merupakan hasil produksi daur ulang.


Antusiasme pengunjung di booth Jakarta Creative x ICAD


Karim Rashid, desainer ternama turut berkunjung ke Weaving The World


Baca juga, ??Desainer Dibalik Debut Indonesia di Super Design Show


Contohnya saja Threadapeutic yang menghadirkan tas terbuat dari kain bekas. Kemudian tas fugu oleh Rueverse yang mendaur ulang PET fiber fabric. Seniman Mangmoel menghadirkan instalasi menggunakan teknik renda menggunakan benang terbuat dari 80% sisa pabrik benang di Bandung serta mengajak 30 orang ibu rumah tangga dari 4 desa asal Yogyakarta untuk ikut serta mengerjakan karya ini.




(kiri-kanan) Polka Goods & Rueverse


(kiri-kanan) BYO by Tommy Ambiyo & Mangmoel


Turut mencuri perhatian pula karya kolaborasi Viro bersama desainer Kezia Karin dan seniman Itjuk. Pinky dan Sun-day ciptaan Itjuk terbuat dari material Virofiber Hyacinth polystrap dengan wujud yang agile merepresensentasikan individu masa kini dituntut untuk gesit bergerak demi hadapi beragam data yang membanjiri kehidupan modern dan digital. Sedangkan Kezia Karin memamerkan Samudra sebagai tribut akan kekayaan terumbu karang dan kehidupan maritim di Nusantara.





Selain itu, turut hadir pula karya dari Mangmoel, Ayu Andiani & Harry Purwanto, BaNa x TAGA, Byo by Tommy Ambiyo, Djalin, Iyonono, KainD, Kait Handmade, Polka Goods by Rina Renville & Nuantika, Rinaldy Yunardi, dan Studio Hendro Hadinata.




Dengan kurasi super ketat, kehadiran produk lokal serta karya seni seniman Indonesia di Superdesign Show menunjukkan potensi tinggi akan kualitas dari produk anak bangsa.

Dengan demikian diharapkan semakin menggaungkan nama Indonesia di industri desain internasional sekaligus membuka peluang kepada pelaku kreatif lokal untuk bisa berkomunikasi dengan beragam stakeholder di masa mendatang.





Sumber foto: ICAD